yang seharusnya jujur itu indah, seakan-akan berbalik arah menusuk kepercayaan diri. yang seharusnya jujur itu pilihan tepat, seakan-akan terbuai sesuatu lalu berbelok.
aku salah lagi,salah terus, dan akan selalu salah.
kalau sudah begini, aku mengadu pada siapa lagi? orangtua? kakak? saudara? tidak mungkin. teman&sahabat? mungkin mengerti, tetapi kaliini tidak ada yang mengerti betul, mungkin hanya beberapa persen saja mereka mengerti. lalu? pada siapa? Tuhan? apakah dia ingin mendengar? dan apakah aku pantas didengar?
kalau sudah begini, aku mengadu pada siapa lagi? orangtua? kakak? saudara? tidak mungkin. teman&sahabat? mungkin mengerti, tetapi kaliini tidak ada yang mengerti betul, mungkin hanya beberapa persen saja mereka mengerti. lalu? pada siapa? Tuhan? apakah dia ingin mendengar? dan apakah aku pantas didengar?
sekarang aku cukup takut Tuhan, berkata sedikit saja seakan-akan beribu kesalahan terlontar. bahkan untuk berkata jujur saja menjadi beban yang seakan-akan membuat diriku menjadi orang tertolol yang pernah berkata jujur seperti itu.
aku takut, aku takut orang itu malah berpikiran lain, berpikiran yang bukan-bukan, berpikiran yang bukan seharusnya, berpikiran negatif dan memutar balikan otak menjadi benci. aku takut, aku takut orang itu hilang, menjauh, tak ada kabar. dan lebih menakutkan lagi, orang itu terlihat baik-baik saja didepanku, nyatanya dalam hatinya orang itu marah, kesal, bosan, jenuh, capek, dan bahkan ingin pergi dari hidupku. hancur semua, bahkan lebih hancur dari yang dibayangkan.
maka dari itu, aku lebih baik berpura-pura nyaman dizona yang tidak nyaman ini. diam dan berkata 'tidak apa-apa' 'aku baik-baik saja' sambil tersenyum lebar dan menegakkan badan yang perlahan-lahan rapuh.
tetapi, pada saatnya lelah itu datang.....tolong mengerti, tolong pahami, dan tolong ajak aku bangkit.
No comments:
Post a Comment